Monday, January 12, 2015

Ni..kah

Tadinya sih mau bikin singkat soal kue Natal sesi 2..kue jahe.
Tapi kok ada cerita yang lebih menarik datang.

Jadi, adik ipar saya bbm nanya. Sebutlah namanya Alo. Rupanya dia semacam di'todong' nikah sama seorang wanita. Ceritanya wanita ini lebih tua 5 th dari Alo. Sewaktu saya tanyakan usia Alo, yang ternyata 26 tahun, saya lalu maklum. Berarti wanita ini berumur 31 th. Wajar kalau dia ogah buang waktu. Hanya saja, argumen keberatan dari suami saya, Alo baru kenal wanita ini 3 bulan dan 1 bulan baru dekat. Si wanita ingin menikah tahun ini. Alo minta 2 tahun lagi dan wanita ini menolak.



Saya merasakan Alo sebenarnya menyukai wanita ini dan agak berat untuk berpisah begitu awal (Alo sudah menyatakan agar dia mencari saja yang lain). Namun untuk berkomitmen tahun ini menikah, dia juga berat. Suami saya yang mendengar cerita saya langsung berujar "Nanti aku kenalin deh yang lebih cantik. Gak usah sama yang itu." Saya tertawa dan mengingatkan kalau dia mengajak saya menikah di usia yang sama dengan Alo. Barulah suami saya agak kalem. *manusia memang pelupa yaaaa
Alo mengatakan kalau 2 tahun lagi dia baru siap dan saya, berusaha adil, mengatakan kalau untuk Alo yang lelaki, 10 tahun lagi pun menikah tidak masalah. Berbeda dengan wanita. Batak pula. Tekanan sosial amat sangat besar. Wajar wanita ini menargetkan demikian.
Sekian waktu saya dan Alo membahas pro dan kontra saya akhirnya berkata, jangan melangkah untuk menikah jika ada setitik saja ada ragu karena: menikah itu berat.

Saya sengaja menekankan ini walau tidak berpanjang menjelaskan. Saya melihat sebegitu mudah orang memutuskan untuk menikah dan bahkan menjadikan pernikahan tujuan hidup.
Tidak salah sih, semua orang ada rejekinya masing-masing. Setiap orang memiliki pertimbangan sendiri. Saya hanya memperingatkan orang-orang yang datang meminta saran pada saya agar betul-betul menyadari alasan mereka menikah.
Paling pantang menikah karena merasa sudah waktunya, sudah umurnya, ditekan sana sini.
Menikah, bagi saya sih, sekali sampai ajal memisahkan. Sesuai janji pernikahan.
Jadi, menikah bukan untuk test drive.

Yah, semoga saja yang terbaik ya. Karena seperti yang sering dikicaukan jagad twitter: kita yang memutuskan, Tuhan menentukan, orang laen yang ngomentarin.
*seringai

No comments:

Post a Comment