Saturday, December 6, 2014

Lupa

Tadi iseng nyari resep dan seperti biasa kalo lagi main internet, entah gimana jadinya nemu satu blog baru yang aku suka. Salah satu posting disana bikin nyengir karena saya sendiri juga sama. Pelupa.

Sahabat yang juga saudara sepupu saya, sudah hapal kelemahan saya yang satu ini. Dulu, sewaktu saya pulang kampung libur kuliah dan ketemu orang-orang dari gereja, teman yang dulu satu sekolah atau persekutuan atau apa, dia yang sigap menutupi kalau dia lihat muka saya blank disapa orang. Hahaha...sayang kami tidak satu kuliah dan tempat kerja. Jadi saya gak punya reminder pribadi kalau yang saya temui orang-orang dari masa saya setelah SMU.
Parahnya, orang yang dulu pernah lumayan berarti, bisa tidak saya ingat sama sekali. Misal aja gebetan atau musuh atau saingan. Kalau kenangannya gak enak, untung ya bisa lupa, hehehe.



Sahabat saya ini bisa subtle 'menyelamatkan' saya di situasi konyol karena penyakit lupa saya. Sayang dia tidak bisa saya kantongin macam handphone jadi sering juga saya kelabakan.
Misal, pernah suatu kali di gereja saat saya pulang kampung pas libur kuliah. Waktu kebaktian usai, ada cowok manis yang dari jauh sudah nebar senyum lebar pada saya. Saya yang terlatih bersikap sama manis dan heboh walau gak inget siapa lawan saya, langsung nyengir lebar juga. Sambil mata aktif scan daerah sekitar nyari si Oolong, sahabat saya. Berharap dia, seperti biasa, menunaikan ibadahnya sebagai otak portable saya. Cowok itu lalu mendatangi saya, sementara Oolong gak juga keliatan. Sebagai pelupa yang cukup profesional, saya langsung mengucapkan selamat hari Minggu dan ramah menanyakan kabar. Cowok ini awalnya menanggapi semangat;
"Baik..baik..masih di Yogya? Jarang kali kau pulang ya dik." *masukkan logat Batak di dalamnya

Hmm..oke, jadi dia nampaknya cukup tahu dan cukup mengikuti sepak terjang saya, plus cukup aktif di gereja. Saya merasa kenal wajah, hanya...kok saya lupa sama sekali dia siapa, let alone his name.

Saya jawab sambil cengar-cengir "Iya bang.." sambil menjabat tangan cowok ini. Mata saya jelalatan mencari Oolong.
Cowok ini terdiam lalu tiba-tiba nyengir "Dek...kau lupa aku siapa ya?" Aduh.
Saya ketawa cengengesan, untunglah dia tidak terlihat tersinggung, malah urung melepas tangan saya dan mendesak "Inget?"
Saya putus asa menjawab "Ingat kok."
Karena saya pada detik itu memang ingat kalau abang ini pemuda yang aktif di gereja, selalu baik dan ramah pada saya, pernah main ke rumah (!) dan saya dulu sempat naksir dia.
Ya.ampun.deh.
Dia jadi nyengir lebar dan sambil tetap menjabat tangan saya lalu menggoda (deuh manis, kenapa ai lupa nama jij?) "Siapa namaku kalau gitu, Dek?" Saya dag dig dug saat itu, karena, yah well...dia manis dan dia menjabat tangan saya cukup lama, hahaha *cetek.
Akhirnya karena Oolong gak muncul juga (mungkin asik dikecengin para penggemarnya, as usual), saya berusaha charming menjawab tanpa membuat dia tersinggung
"Ah..nama sih aku inget. Sengaja aku tak sebut supaya abang penasaran dan lama-lama ngobrol denganku."
Cheap save? Yeah well...dia ketawa ngakak dan kami ngobrol lumayan lama setelahnya. Sesudah itu barulah saya tanya Oolong siapa nama abang yang ngobrol denganku di gereja.
Itu satu dari banyak kejadian saya lupa siapa orang yang saya temui. 

Sejak kerja saya berusaha keras mengobati penyakit saya. Nama di handphone sering saya tambahkan sesuatu yang khusus untuk pengingat saya. Misal aja nama anak-anak kolega kantor, nama suaminya, asal mereka. Those kind of things. Sangat membantu meningkatkan skill sosial saya, hahaha..

Tetapi memang ada hal-hal yang bagi orang lain mudah dan bagi yang lain sulit ya. Mudah buat saya membaca buku berjam-jam tanpa henti. Mudah buat Oolong mengingat silsilah keluarga kenalan plus sejarah kerja mereka. Untuk saya, puji Tuhan ada orang seperti Oolong dalam hidup saya, hahaha...sahabat yang asik untuk diajak bernostalgia. Terutama karena kebanyakan saya hanya ingat kejadian saja, orang-orang yang terlibat seringnya salah saya ingat =P

No comments:

Post a Comment