Dulu, bayangan kerja di kepala: duduk di posisi manajemen kantor sebelum umur 35.
Beli buku apa aja tanpa liat harga, kapan pun pengen.
Outfit gak perlu banyak, yang penting kualitas bagus. Harapannya: dipake ulang tiap minggu selama bertahun-tahun tetap awet.
Bisa kasih hadiah yang kualitasnya bagus sama orang-orang kesayangan gak perlu nabung sampe setahun.
Sekarang gimana?
Sampai beberapa bulan yang lalu, semua itu masih bisa dilakukan.
Lalu, something happened. Sekali ini saya memutuskan sesuatu menimbang dari hal selain harta.
Keluarga.
Terus gimana?
Bukan hal mudah. Saya yang terbiasa mengidentifikasikan diri dengan posisi yang saya punya, sekarang tidak punya jabatan apa-apa.
Bahagia?
Sampai derajat tertentu, iya.
Tenang?
Jauh lebih tenang ketimbang masih bekerja dahulu.
Puas?
Hmm...agak susah ya kalau sudah terbiasa menilai diri dari pekerjaan yang dilakukan lalu sekarang gak memiliki alat itu untuk ngukur lagi.
Tergoda untuk kembali?
Oh pasti. Apalagi tawaran untuk kembali dengan gaji yang lebih, mampir ke pangkuan.
Tapi...apa hidup hanya untuk mengejar karir semata?
Sekali ini saya hanya bisa mengedikkan bahu dan berkata, entahlah, nampaknya nggak.
Hanya aja, saya masih rindu ke kantor dan melakukan pekerjaan yang saya suka dan bisa, walau mungkin dari kacamata orang lain, pekerjaan saya membosankan dan tidak inspiratif.
I loved my job. I'm lucky that way, I guess.
No comments:
Post a Comment