Friday, August 30, 2013

Investasi

Bukan investasi duit atau emas atau reksadana etece endebrei.
Investasi maksudku disini investasi dalam bertemen. Relationship gitu deh judul kerennya.

Gw orangnya kalau untuk kenal-kenal lucu gitu cepet. Tapi untuk deket, agak susah. Menurut terawangan sahabat-sahabat sih karena daku orangnya malesan. Hahaha...

Malesnya kayak gini..
Gw orangnya berusahaaaa banget jaga omongan dan tingkah laku supaya gak nyinggung orang lain. Soalnya selain gw percaya bahwa itulah cara terbaik memperlakukan orang laen, nyadar banget kalo eikeh orangnya sensi...abeshhh ._.
Nah, karena tau diri, gw berusaha jangan jadi manusia brengsek yang sensi tapi kasar ama orang laen. Peraturan emas gitu deh, perlakukan orang lain seperti bagaimana kamu sendiri ingin diperlakukan.
Namunnnn...namanya hidup ya, suka gak lucu teu pararuguh; sering juga ketemu orang yang entah kenapa ngerasa hidupnya paling malang sedunia terus balesnya ama orang-orang di sekitarnya.
Kemalesan gw mentolerir hal-hal yang menurutku konyol berperan besar mengeliminasi banyak orang jadi deket.

Sama orang-orang yang cocok biasanya kan kita jadi makin sering maen bareng kan ya. Nah disinilah baru diuji sebuah pertemenan itu.
Setelah sering jalan bareng, ngalamin pait manis hidup beberapa saat basamo, barulah kita bisa liat karakter asli orang lain.
Biasanya sifat pereu itu ingin mengubah (bilangnya sih memperbaiki yaaa) orang lain.

Disinilah kemalasan gw muncul.

Duluuu gitu jaman SMU masihlah mau nahanin dan berharap orang akan berubah jadi lebih baik.
Jaman kuliah gitu ada juga beberapa yang ditahankan karena gw percaya dasarnya orang-orang ini baik. Hanya aja karena sama-sama masih muda dan baru pertama hidup jauh dari keluarga, tingkahnya gak beda jauh ama rusa masuk kampung. Saling memaklumi dehh...

Tapi sekarang...
Lulus kuliah udah dari jaman kapan tauk, apalagi lulus SMU; masa iya sih belum ada yang ngasih tahu kalau moody itu gak pantes banget walau alesan pms? Masa iya sih belum tau kalau semua manusia di muka bumi ini juga punya masalah masing-masing dan mereka tau kalau ngelampiasin sama orang lain itu - selain nyebelin - nggak banget??

Gw dari dulu bukan orang yang semangat ngubah orang lain. Menurut gw, hak semua orang jadi dirinya sendiri. Siapalah gw ini mau ngubah orang sementara gw sendiri gak sempurna? Oleh karena itu, gw cukup tau diri untuk menjaga jarak dengan orang-orang yang gw liat bakal bentrok hebat kalau terlalu deket.

Silahkan aja loh kalau mau uring-uringan gak karuan.
Silahkan juga ngejalanin hidup sesuka hati seakan dunia ini gak kenal yang namanya konsekuensi.
Monggo banget kalo ngerasa nyaman diperalat orang dan dijajah emosi sendiri.
Nggak apa-apa kalo janji buat lo itu semurah jajanan anak SD yang cantik di luar tapi racun kalo ditelen.

Sementara itu, gw permisi ya...
Gw nggak marah karena kalau marah berarti gw masih peduli.
Gw mau nyari investasi yang laen ama temen laen. Bukan perhitungan...semata-mata gw orang yang gak mau memaksa orang lain berubah. Hidup soalnya udah sulit, buat gw temenan itu kudunya menghasilkan hal yang positif. Investasi yang negatif itu konyol banget, no?!

*masih takjub liat orang yang udah tua gak beda ama ababil logika juga emosinya*

Thursday, August 29, 2013

Cups

Pernah nonton Pitch Perfect? Saya menontonnya sudah beberapa kali. Salah satu lagu yang teramat amat sangat  saya sukai adalah lagu ketika Becca audisi untuk masuk The Bellas. Judulnya 'When I'm Gone'.
Tadinya saya hanya suka menonton adegan-adegan menyanyi mereka berulang-ulang. Semua lagunya bagus dan banyak yang diaransemen ulang yang menurut saya malah jauh lebih keren dari versi aslinya.
Sekarang?
Sekarang kok saya pengen bisa menyanyikan sambil membuat irama memakai cups seperti di film itu yaaa..

Eniwei, ini lagu Cups yang ada di film tersebut. Viklip ini tidak mengambil adegan di Pitch Perfect.
Bagus yaaa..
Eniwei, saya sedang latihan menyanyikan lagunya sambil membuat irama menggunakan cups seperti nona Anna ini. Apalagi beberapa waktu yang lalu saya melihat Indra Herlambang sukses melakukan ini di tipi *kompetitip teu puguh*
Permisi ah...mau latihan lagi

Matre...?

Tadi jalan-jalan ke blognya mbak Ira dan cengengesan sendiri liat posting tersebut.
Baca posting itu bikin saya tergoda untuk update blog saya sendiri yang, syaolo, gak kesentuh nyaris setaun *menunduk malu*
Sampai-sampai ada yang ninggalin komen baru di-publish sekarang (maaf yaa mbak Rika) *menunduk makin dalam*

Jadi..saya suka liat gambar yang diposting di blog mbak Ira tadi. Ini nih gambarnya:

Saya dan sahabat-sahabat saya punya pikiran yang sama soal ini. Hanya saja, lingkungan mereka lebih...apa ya sebutannya? Lingkungan mereka memaklumi dan bahkan banyak yang mengamini ide tadi.

Saya 'kebetulan' berada di lingkungan yang cenderung melihat pikiran ini kurang pantas dianut kaum wanita. Sebutan matre sudah lama melekat pada saya; bercanda atau tidak kurang saya pedulikan sih.

Seperti tulisan di gambar atas dan juga posting mbak Ira, saya amat setuju tentang hal ini dari jaman saya kecil. Bukan berarti saya mencari lelaki kaya...semua lelaki pilihan saya di masa lalu tidak ada yang kaya raya. Tapiii...mereka berotak cerdas dan tangguh di padang yang bernama kehidupan ini (tjieee). Hal ini semakin kukuh saya jadikan pegangan ketika saya menyaksikan mama saya terkena kanker dan berjuang selama 2 tahun untuk sembuh. Mengapa? Hidup ini tidak bisa disangka loh ujiannya. Jadi, di medan laga ini kiranya kita cerdas memilih partner hidup. Jika memang tidak atau belum bertemu, jangan paksakan diri. Kesalahan memilih pasangan katanya neraka pribadi yang abadi, hehehe

Sekarang ya, coba kita andaikan calon pasangan hidup ini adalah partner kerja di kantor misalnya. Kalau partner kerja kita tidak bisa diandalkan, santai dan tidak bertanggung jawab, pekerjaannya tidak kunjung selesai dan kualitasnya tidak memenuhi standar yang diminta. Nah..karena pekerjaan harus selesai apapun alasannya, kita lah yang turun tangan mengerjakan bagian dia juga. Tidak bisa tidak. Oleh karena pekerjaan 2 orang dikerjakan 1 orang saja, kualitasnya biasanya menurun. Iya kan?

Lalu satu hal lagi yang jadi pertimbangan saya: bayangkan jika sudah memiliki anak. Saya inginnnn sekali anak saya memiliki dan menikmati hal-hal yang tidak bisa saya peroleh sekarang. Hal-hal yang bahkan dulu saya tidak tahu ada. Kalau hanya diperjuangkan sendiri pastilah berat.

Pernah mendengar bahwa menarik orang ke atas lebih sulit daripada menarik orang untuk turun? Nah...beberapa sepupu saya menikahi pasangan yang berbeda pola pikir soal materi. Sepupu-sepupu saya berpikir, jika bisa lebih, kenapa harus berhenti? Sedangkan pasangan mereka berpikir, apa yang dimiliki sekarang sudah cukup, untuk apa susah payah? Akhirnya beberapa dari mereka, setelah lelah menarik-narik pasangannya untuk berjuang lebih lagi demi meningkatkan taraf hidup, menyerah. Ada yang memutuskan berpisah. Ada yang memutuskan untuk berjuang sendiri dan pasangannya tetap dengan sikap santainya (tapi ikut menikmati keberhasilan sepupu saya, ahaha). Ada yang memilih mengikuti standar pasangannya.

Memang tidak salah hidup sederhana. Namun saya merasa, jika punya kemampuan dan tenaga, kenapa tidak berusaha?
Namun di sisi lain, saya juga memaklumi, ada yang melihat hal-hal selain materi adalah lebih berharga.
Tidak apa-apa juga sih. Manusia kan punya pengalaman hidup yang berbeda-beda.
Saya, karena belum pernah merasakan jadi orang tajir melintir, ingin merasakan jadi orang berlebih. Oleh karena itu, saya memilih pasangan yang ber-ide sama dan mau berusaha maksimal demi mencapainya.

Nanti jika sudah kaya raya, mungkin juga saya berubah pikiran dan benci harta terus jadi bertapa.
Siapa tahu kan? *nyengir lebar*